Puing - Puing

Bait yang di ukir si atas selembar harapan
Melantunkan
dongeng dikala bumi basah oleh hujan
Rintihan
keputusasaan terdengar dari kejauhan
Menambah kesan
pilu di remangnya sinar rembulan
Deretan kata
yang dimateraikan menjadi sebuah janji
Komitmen yang terucap
bak ikrar sumpah sejati
Namun Keraguan
telah dinista oleh kepercayaan diri
Menodai
kemurnian dari ketulusan hati
Janji tinggal
harapan yang menjadi semu
Semangat
diawal yang sungguh menggebu
Hanya tersisa
bongkahan kecil yang penuh dengan debu
Nyanyian
kekecewaan dilantunkan dari utara ke selatan
Matahari yang
membawa impian terbit sangat lamban
Pesonanya tak
lagi seindah bulan kedelapan
Semua hanya
tinggal seoongok kenangan
Untuk di ingat
sejenak kemudian dilupakan
Kemanakan kau
pergi ?
Sanggupkah kau
melihat bibit – bibit kecil
ini tumbuh?
Tanpa air
kehidupan dan perawatan ?
Kau ikuti kupu
– kupu indah
yang terbang ke barat
Menelikung
jalan yang telah ditelesuri dahulu
Dimanakah kau
berada?
Ketika sajak
ini tercipta akibat kecewa
Sampai kapan
kau akan terbang dan perlahan menghilang ?
Kegelisahan
yang menyusup hati sunguh bukan kepalang
Ketika kau
membaca barisan kalimat replika hati
Yang di
selesaikan pada purnama ketiga
Ingatlah bahwa
kau pernah berjanji
Untuk tinggal
dan berkarya
Tertuntuk mu
yang berkoar untuk setia
Namun,
meleburkan harapan menjadi puing – puing luka
Teruntukmu
yang telah berani mengambil bagian
Namun, tak
sampai ujung mata, telah kau tinggalkan.
Teruntukmu,
penampung iba , pencipta sajak nelangsa
Komentar
Posting Komentar