REFLEKSI DIRI : PAHLAWAN SAMAR DALAM MEMORIAL


REFLEKSI DIRI : PAHLAWAN SAMAR DALAM MEMORIAL

Indonesia tanah air beta. Indonesia yang lahir dari kandungan Ibu Pertiwi. Bertumbuh dan besar dengan rakyat pribumi. Merdeka dan bebas karena jasa para Pahlawan Negeri. Namun, tunggu sejenak dahulu. Pahlawan seperti apa yang kita bicarakan ? Apakah Pahlawan yang bersorak ‘Merdeka!’ atau yang menenteng beragam senjata ?Benarkah Pahlawan yang seperti itu ? Atau Pahlawan yang bergerilya menetapkan strategi dan berjuang hingga titik hidup – mati ?
Benar memang. Mereka kita sebut Pahlawan. Mereka kita sebut sebagai orang yang berani dan rela berkorban membela kebenaran Zamrud Khatulistiwa. Tetapi sadarkah kita, hal yang penting namun kecil telah kita lupakan ? Keberadaaan mereka yang menjerit karena lapar, yang hidup dari belas kasihan, yang tidak punya apa – apa bahkan sering menuai cela. Namun mereka lebih dari sekedar berjasa untuk Indonesia. Alkitab berkata, bahwa dalam menyikapi kesengsaraan seharusnya kita tetap mengucap syukur kepada Allah, karena kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunanan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (Roma 5 : 3 – 4).
Kita kerap kali lupa bahwa Bumi Indonesia bukan hanya di bentuk dan dimerdekakan oleh orang – orang pergerakan dan elit politik yang aktif pada masa – masa kemerdekaan 1945. Namun, juga oleh kaum – kaum terpinggirkan dan termarginalkan yang mengambil peran kecil namun penting. Kita hendaknya menghargai jasa mereka dan bersyukur kepada Tuhan atas pemeliharaanNya tehadap ‘Pahlawan samar’ ini. Rekam jejak kepahlawanan mereka jarang terdengar, namun kisah – kisah heroik mereka sering kita dengar ketika masih kecil. Ketika kita masih polos dan belum tahu membedakan orang – orang berdasarkan status dan kedudukannya. Mereka yang disebut ‘Pahlawan Samar’ ini menggeluti banyak bidang dalam proses mensukseskan kemerdekaan bangsa. Salah satu dari mereka kita kenal sebagai ‘Tuan atas tanah’ namun bukan ‘Tuan atas diri sendiri’. Mereka adalah Petani Rakyat, yang bersusah payah menghidupi manusia – manusia Indonesia ketika masa panceklik menjelang kemerdekaan. Jika tidak ada jasa mereka, maka dapat dipastikan pejuang – pejuang ‘Merah – Putih’ tidak akan sanggup memberontak penjajah dan menyuarakan kebebasan bangsa. Namun, mereka sering diperlakukan dengan tidak manusiawi dan dianggap hanya sebagai ‘buruh pemuas rasa lapar’.  Satu diantara mereka yang lain adalah ‘ Tuan pintar yang gemar mengajar’ namun bukan ‘Tuan bijaksana yang punya pilihan’. Mereka adalah Guru Rakyat. Mereka menjadi tenaga pendidik yang menciptakan mesin – mesin manusia yang jenius. Tidak kenal lelah dan tidak kenal menyerah dalam mengajar dan membimbing muridnya menjadi ‘orang penting’ dalam negara. Namun, lagi – lagi jasa mereka hilang ditelan jaman. Penghargaan terhadap mereka ‘mengabur menjadi samar’ hingga ‘lupa dan ditinggalkan orang’. Padahal, menjadi seorang Guru adalah jasa yang  mulia dalam memerdekakan anak – anak bangsa. Banyak sebenarnya ‘Pahlawan – Pahlawan Samar’ lainnya yang belum kita sadari namun berperan penting dalam Kemerdekaan bangsa. Sebut saja Nelayan, Pedagang kecil dan kaki lima, para kaum perempuan tanah air, serta banyak oknum terkait lainnya.
Saat nya untuk kita menyadari kebaradaan mereka, dan mulai mengucap syukur atas jasa mereka. Reliku kehidupan bangsa ini dimulai dari ‘orang – orang kecil’ seperti mereka. Sebagai rakyat Indonesia yang sadar dan ‘terbangun’ dari tidur panjang, mari kembali merefleksikan diri. Seperti kata Alkitab, Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5 : 16). Mari dalam sesi kontemplasi kita mengenang jasa ‘orang – orang kecil’ yang berdampak besar ini. Serta mulailah menjadi garam dan terang di tengah – tengah Nusantara. Kerena sesungguhnya dari timur sampai ke barat, dari Sabang sampai Merauke setiap insan adalah Pahlawan. Tergantung dirinya ingin bertumbuh dari hal kecil dan berdampak pada hal besar. Atau menjadi sia – sia dan menyangkal keberadaaan entitas lain yang turut serta peduli pada Indonesia. Tetap kita jaga persaudaraan yang hidup dengan para ‘Pahlawan Samar’. Merdekalah Indonesia Tanah Air Beta, Pelita Nusantara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDAHKAH GMKI MENJADI SEKOLAH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN NILAI – NILAI GMKI ?

Perkenalan Edisi I