SUDAHKAH GMKI MENJADI SEKOLAH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN NILAI – NILAI GMKI ?


SUDAHKAH GMKI MENJADI SEKOLAH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN NILAI – NILAI GMKI ?

Pendahuluan
Indonesia sebagai suatu Negara merupakan organisasi besar yang memiliki kegiatan serta peranan tertentu yang cakupannya lebih luas dari pada organisasi pada umumnya. GMKI adalah salah satu organisasi yang berdiri di Indonesia yang merupakan organisasi kader. Setiap organisasi pasti memiliki Konstitusi sebagai hukum yang mengikat, mengikat anggota maupun lembaga sebagai aparat organisasi di segala tingkatan. Konstitusi ini merupakan hukum tertinggi dalam organisasi yang harus dipatuhi. Tidak terkecuali GMKI juga memiliki AD/ART sebagai Konstitusi GMKI. Di dalam pembukaan AD/ART termaktub motivasi pokok, yaitu kesadaran terhadap lingkungannya dan dan panggilan Tuhannya, serta juga terdapat ciri GMKI, yakni sifat ke-Mahasiswaannya, sifat ke-Kristenannya, dan sifat ke-Indonesiaannya. GMKI juga mempunyai nilai gerakan, yang berarti organisasi GMKI merupakan organisasi yang dinamis, selalu berubah, selalu bergerak sesuai dengan perkembangan jaman.

Leer School yang melahirkan Kader
Nilai – nilai GMKI merupakan landasan dasar yang menjadi identitas diri seorang anggota GMKI sebagai seorang kader yang sesungguhnya, yang benar-benar mengimplementasikan nilai – nilai GMKI di dalam organisasi maupun kehidupan pribadinya. Seorang anggota ‘belum tentu seorang kader’ di dalam GMKI, seharusnya diberikan fasilitas pelatihan dimana ia dapat menyalurkan minat dan bakatnya, serta dididik menjadi seorang pemimpin yang berkualitas. Hal ini tentunya menjadi tugas bagi GMKI untuk menanamkan nilai – nilai GMKI kepada setiap anggotanya, yang lebih sering kita sebut sebagai ‘Kaderisasi’. Seperti yang terdapat di dalam kutipan pidato J. Leimena, “GMKI menjadi suatu Pusat Sekolah Latihan (leerschool) dari orang – orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan Negara dan Bangsa Indonesia....”. Dari statement J. Leimena tersebut, dapat kita lihat bahwa GMKI dari sejak awalnya memang dirancang sebagai suatu Sekolah Latihan, sebagai suatu fasilitas untuk melatih talenta, membina bibit dan bakat setiap anggotanya untuk dapat bertumbuh menjadi seorang kader yang sesungguhnya, yang benar-benar dapat menjadi seorang pemimpin yang memiliki Spiritulitas, Integritas, serta Profesionalitas (Profil Kader GMKI). Hal ini menjadi tanggung jawab setiap elemen GMKI, termasuk kita sebagai anggota, terkhususnya sebagai seorang kader GMKI untuk turut serta membangun Tempat Pelatihan tersebut, turut serta menanamkan nilai – nilai murni GMKI kepada orang – orang yang mau berkomitmen dan bertanggung jawab di dalam GMKI, dan turut serta untuk membina persaudaraan yang menghidupkan di dalam GMKI itu sendiri. Namun, yang menjadi pertanyaan, Apakah semua itu telah terwujud ? dan jika memang telah terwujud, Apakah masih bertahan sampai sekarang ? Hal ini menjadi tanda tanya besar di dalam diri kita, setiap anggota GMKI.   Tempat yang seharusnya menjadi tempat pengkaderan dan pelatihan, apakah masih kita jumpai di GMKI ?

Erosi Kedirian
Banyak hal memang, yang menyebabkan penurunan GMKI sebagai organisasi kader, yang dulunya melahirkan kader – kader yang berkualitas dan membawa perubahan sebagai  Agent Of Change pada dunia kemahasiswaan khususnya, dan pada Indonesia umumnya. Salah satu penyebabnya, bisa jadi adalah program – program inti GMKI yang sudah mulai hilang tenggelam, dibawa arus perkembangan jaman. GMKI melupakan awal mula ia muncul adalah dari diskusi – diskusi dan kelompok doa. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya erosi kedirian yang sangat fatal melanda organisasi, seperti yang telah diuraikan di penjelasan AD/ART. Sehingga pengkaderan di dalam GMKI terhadap anggota – anggota nya pun semakin menurun dan mengalami degradasi nilai.  Nilai GMKI yang seharusnya dapat ditanamkan serta diimplementasikan seorang kader GMKI tidak lagi dapat terwujud. Tempat pelatihan yang sebelumnya diidam – idamkan dapat menjadi tempat pengkaderan yang lengkap dan sempurna tidak dapat terlaksana. Kita sebagai seorang kader GMKI turut bertanggung jawab atas semua dampak – dampak tersebut. Terkhusus kita sebagai pelayan sang Kepala Gerakan, Yesus Kristus.

Nilai seorang Kader
GMKI telah membuat sistem yang baik dan terencana, GMKI juga dikelola oleh pelayan – pelayan Kristus yang mau untuk berkorban dan dikorbankan. Mereka ini lah yang disebut ‘Pengurus GMKI’, baik itu Pengurus Pusat, Badan Pengurus Cabang, maupun Pengurus Komisariat. Kita lah yang akan melaksanakan Visi dan Misi GMKI, mengkaderi setiap jiwa yang telah terpanggil ke GMKI dengan nilai – nilai murni GMKI. Membina mereka sebagai kader GMKI serta membantu mereka dalam pertumbuhan iman mereka, sehingga mereka dapat memperdalam iman kepada sang Kepala Gerakan kita Yesus Kristus, dapat semakin merasakan kasih kepada sesama manusia dan kepada lingkungannya, terkhusus kepada Allah. Dengan demikian, pembinaan nilai Spiritualitas pun dapat terwujud. Selain itu, kita sebagai pelayan juga berperan untuk mendidik kader GMKI yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan sifat kejujuran, berprinsip moral dan beretika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Hal inilah yang mewujudkan nilai Integritas didalam diri mereka. Nilai yang terakhir adalah profesionalitas. Kita berbicara bagaimana dapat melahirkan kader pemimpin yang beriman, berkomitmen, jujur, serta tidak mangkir dari tugasnya, menjalankan tanggung jawabnya dengan berkualitas dan tentunya juga memenuhi kuantitas an kualitas kerjanya. Hal inilah yang disebut seorang kader yang profesional. Ketiga nilai tersebutlah yang sebenarnya merupakan inti pengkaderan di dalam GMKI.
GMKI adalah organisasi dinamis. Sebuah tempat pelatihan yang selalu mengalir dan bergerak sesuai perubahan yang ada. Yang dapat fleksibel mengikuti perkembangan jaman. Oleh karena itu sudah seharusnya GMKI dapat menjadi ‘surga’ pelatihan yang dapat selalu menyesuaikan fungsinya disetiap jaman. Sehingga setiap mahasiswa Kristen yang terpanggil masuk ke dalam ‘Rumah’ kita ini dapat tinggal dengan nyaman, dapat merasa aman, dapat tetap mengaku biru, biarpun tantangan – tantangan selalu bergiliran datang, mereka dapat selalu bertahan. Hal inilah yang disebut sebagai nilai gerakan di dalam GMKI. Selain itu sebagai kader GMKI, juga dituntut menjadi mahasiswa layaknya seorang mahasiswa. Karena, GMKI ada karena adanya mahasiswa. Oleh karena itu sebagai mahasiswa, sudah seharusnya menunjukkan ciri kemahasiswaannya sebagai seorang intelegensi muda yang sedang membentuk diri, dengan beragam sifatnya, baik itu kepolosannya, keluguannya, sifat analitisnya, keingintahuannya akan belajar, kedisiplinannya, dan sifat kesederhanaannya, yang mau terpanggil dan belajar di dalam GMKI khususnya dan Perguruan Tinggi umumnya. Dengan demikian, akan tampak perbedaan kita mahasiswa sebagai anggota GMKI dengan mahasiswa lainnya. Namun, kita mahasiswa tidak cukup untuk menjadi seorang kader GMKI jika kita tidak menerima Yesus Kristus sebagai Sang Kepala Gerakan kita, sebagai satu – satu nya penebus dan juruselamat kita dari belenggu dosa. Hal ini lah yang menjadikan GMKI semakin lengkap dan nilai yang terpancar didalamnya semakin sempurna. Selain itu, sebagai kader GMKI, juga harus menjunjung tinggi kecintaan kita terhadap tanah air Indonesia. Nilai Nasionalisme itu perlu, karena itulah bukti kita peduli dan mengasihi negara kita tercinta Republik Indonesia. Selain itu, GMKI juga senantiasa bercirikan Oikumenisme yaitu nilai kesatuan yang selaras dengan semboyan bangsa Indonesia, ‘Bhineka Tunggal Ika’. Hal - hal ini yang melatarbelakangi di dalam Misi GMKI kita juga dipanggil untuk mewujudkan demokrasi yang berdasarkan kasih. Karena, seyogyanya Negara kita Indonesia juga menjunjung tinggi demokrasi. Nilai – nilai inilah yang harus kita hayati sehingga menjadi keyakinan dan kesadaran akan kebenaran nilai – nilai tersebut. Seluruh nilai inilah yang dijadikan satu didalam GMKI, untuk ditanamkan kesetiap kadernya. Agar seluruh elemen GMKI pun menjadi satu adanya, seperti amsal GMKI, Ut Omnes Unum Sint, yang berarti ‘Agar semua menjadi satu adanya’.

Kesimpulan
1.      GMKI awalnya mengajarkan kita bagaimana rasanya memiliki banyak ayah, banyak ibu, banyak kakak, banyak abang, dan banyak adik. Semua nya berkumpul menjadi satu didalam persaudaraan yang hidup, yang nyata, dan yang berharga.
2.      GMKI kemudian menjadi surga pelatihan, yang mengajarkan untuk menjadi kader yang tahan banting , tahan akan tantangan, namun tetap dapat bersukacita hanya untuk Sang Kepala Gerakan.
3.      GMKI juga menyadarkan kita, bahwa GMKI ternyata sudah tua, GMKI ternyata sudah rapuh, padahal umurnya masih seujung kuku, namun nasibnya sudah di ujung tanduk. Hal ini hendaknya menyadarkan kita, bahwa kita harus mulai peduli pada GMKI, mulai menjadi bagian dari kerapuhan tersebut, serta turut merasakan sakit dan kepedihan yang dirasakan GMKI.
4.      GMKI selanjutnya memotivasi kita, untuk ‘tergerak’ ingin melakukan perubahan. Memperbaiki yang telah rusak dan timpang. Mengembalikan kepada yang seharusnya, bagaimana GMKI pada mulanya lahir.
5.      GMKI juga pada akhirnya, membawa kita pada pertanyaan. Apa yang dapat saya lakukan bagi GMKI, yang dapat memuliakan nama Tuhan ? Apakah saya dapat selalu biru ? . Namun pada akhirnya, kita akan memikirkan masa depan GMKI.

Demikianlah tulisan ini dapat diselesaikan dengan sebaik – baiknya. Dan dalam tempo yang sesingkat - singkatnya. Akhir kata tetaplah kita menjaga persaudaraan yang menghidupkan.
Tetaplah, Tinggi Iman, Tinggi ilmu, Tinggi Pengabdian,
Ut Omnes Unum Sint !
Shalom !
Oleh : Desy Melati Lubis
Anggota GMKI cabang Medan dibawah koordinasi Komisariat FEB USU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REFLEKSI DIRI : PAHLAWAN SAMAR DALAM MEMORIAL

Perkenalan Edisi I