Keluarga - Persembahan untuk Kelompok Kecilku untuk Bertumbuh. (Buat Bapak, Mamak, dan Adek)


KELUARGA
[Prolog]
Tanah Liat membutuhkan proses yang sangat lama untuk menempanya. Dibanting, dibakar, ditekan, dihempaskan. Namun, semua proses itu membentuknya menjadi sebuah Bejana yang indah, yang memiliki manfaat bagi orang lain, yang memiliki estetika untuk menyejukkan jiwa. Demikianlah hidup ini, seperti Bejana. Ada pahit manisnya. Ada senang sedihnya. Terkadang teksturnya keras, terkadang terlalu rapuh. Macam - macam memang. Wong Indonesia, katanya beragam - ragam menuju Ika. Bejana juga begitu, banyak materialnya dan banyak langkah – langkah pembuatannya.
Kita adalah bejana - bejana yang ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, yang ditempa susah payah oleh mereka yang mengasihi dengan tulus hati.
Ya benar. Mereka adalah Orang Tua.

[Ayah]
Air mengalir dengan perlahan. Bergerak dari hulu untuk merangkak menuju hilir. Air melambangkan ketenangan. Pergerakannya adalah manifestasi kesabaran. Ketika air berubah menjadi ombak dan arus deras, air sedang mengajarkan bahwa kesabaran itu keras dan membutuhkan proses panjang untuk mengecapnya. Ketika air menjadi tenang dan beriak kecil, kesabaran bertransformasi ke wujud yang dikenal banyak orang, yaitu Kesabaran yang lembut dan menyejukkan.
Pengajaran kecil tentang air dan perwujudannya adalah salah satu bagian kecil dari upaya mengenal Gaia, memahami semesta, dan melengkapi serpihan pendewasaan jiwa. Proses ini adalah bagian dari suatu entitas, yang selalu memastikan aliran kesabaran mengalir di dalam darah tunas muda. Yah benar. Aku, kau, dan mereka.
Entitas itu yang kerap kali meneteskan keringat, merontokkan rambut, meremukkan tulang, dan mengotori badan untuk menimba seember air guna menyiram benih agar tumbuh menjadi pohon yang kokoh.
Kusebut dia Ayah.

[Adik]
Petrichor adalah salah satu aroma alami yang tercium saat hujan turun membasahi tanah yang kering. Penyebab fenomena khas ini adalah persilangan senyawa yang dikeluarkan oleh tanaman hijau dan air hujan. Ketenangan,  rasa  nyaman, dan sumber inspirasi adalah efek emas dari Petrichor.
Hujan adalah hal yang lumrah dan sangat sering jatuh memandikan Bumi. Namun, dapat menghasilkan sensasi yang menyenangkan ketika bercampur dengan tanah kering. Percontohan kecil ini adalah bukti nyata hitam dan putih dapat bersatu, basah dan kering dapat bersisian, serta Tartarus dan Olympus dapat hidup rukun. Benar memang, butuh suatu sosok yang dapat menjadi jembatan, penghubung antara utara dan selatan. Serta menjadi rumah persinggahan yang nyaman bagi pengelana – pengelana kehilangan tujuan. Energi bijaksana ini memancar dari dalam tubuhnya. Orang – orang menyebutnya perekat dan pengikat, yang mempersatukan yang terpisah dan mengikat teguh yang tercecer.
Dia Adik. Namanya bermakna Tali.

[Ibu]
Putih adalah perlambangan kekudusan. Bersih, tidak bernoda serta suci. Banyak hal di atas permadani bumi ini yang mengenakan putih sebagai dasar pewarnaan tata surya. Banyak stigma masyarakat yang menggunakan putih sebagai suatu perumpamaan akan sifat, tujuan, kejadian, maupun sebagai identitas. Pengartian yang ‘baik’ selalu di dapat oleh putih. Kemudian disandingkan dengan rivalnya, hitam yang mewakili perumpamaan yang tidak baik bahkan buruk. Namun, putih juga dapat mendefenisikan hal yang tidak selalu menyenangkan dan baik. Sehingga fungsi putih sebagai warna alami adalah ganda. Tergantung dari sudut yang mana putih digunakan. Contohnya adalah Rosa Alba atau yang lebih sering disebut Mawar Putih. Jika dilihat sekilas, Rosa Alba sangat menawan dan cantik. Terkesan mewah dan elegan. Namun ketika dipetik dan disentuh, Rosa Alba dapat menyakiti dengan tidak sengaja karena memiliki duri yang berfungsi sebagai perlindungan diri.
Putih mewakili estetika pada kelopak Rosa Alba adalah contoh baik dari perumpaan putih sebagai warna. Sedangkan duri pada Rosa Alba terkesan memperburuk keindahan dari kelopak bunganya. Tetapi justru itulah yang terpenting dari Rosa Alba. Disatu sisi, dia memiliki kelembutan dan kemenawanan. Namun disisi lain, dia tidak lemah. Dia memiliki keanggunan dan keberanian. Sosoknya mencerminkan kebijaksanaan dan ketegasan. Tidak lembek, tetapi tidak juga keras bagaikan batu.
Sosok Rosa Alba ini melekat dan terpatri di tubuhnya. Penanggung kesakitan tidak terperi selama tiga kali triwulan. Pendidik yang handal dan adil. Asam dan garam kehidupan sudah dikecapnya dan berhasil ditelan. Hal terpenting baginya adalah revolusi karakter, pembinaan etika, dan penjiwaan iman.
Dia adalah pelopor kaum feminis, yang membuktikan bahwa menjadi seorang wanita tidak selalu harus duduk diam dan menyapu rumah. Tetapi juga bisa berkarya dan melangkah keatas mimbar masa depan. Beretorika tentang kesempatan mewujudkan cita - cita, mendorong dari belakang dengan motivasi dan lantunan syair doa. Serta menjadi penyangga kaki ketika tersandung dan hampir terluka.
Sosok itu adalah Ibu.

 [Epilog]
Kicauan burung kenari. Semerbak bebauan tanaman yang dibasahi embun pagi. Matahari keluar sedikit demi sedikit dari peraduannya, mengintip dari balik deretan pegunungan nan menjulang. Langit cerah kebiru – biruan yang melukiskan keindahan. Sungguh elok pemandangan alam ciptaan Tuhan. Setiap objek  di izin kan Pencipta untuk tinggal di Bumi Indonesia. Tempat bak kolam yang penuh susu dan melimpah tanaman. Penduduknya ramah – ramah dan bersahaja. Disini, keluarga adalah yang terpenting setelah Pencipta. Karena, hanya di kolong khatulistiwalah bermasohi/bermapalus itu di budayakan, bahkan melalui unit yang terkecil dari masyarakat yaitu keluarga. Setiap entitas yang terlibat di dalamnya bukan saja di beritahu bagaimana cara untuk hidup dengan lebih baik, tetapi bagaimana menikmati dan menghargai hidup pada hari ini, tidak mengkhawatirkan masa depan dengan berlebihan sehingga lupa akan makna hidup sesungguhnya. Karena sesungguhnya kita hidup toh bukan dari nasi dan berlembar dolar. Tetapi dari, untuk dan hanya karena Sang Pencipta.
Keluara Indonesia memiliki roh yang menghidupi setiap orang yang terlibat didalamnya. Orang – orang inilah yang nantinya akan menjadi penjaga nilai keluhuran bangsa. Kemudian meneruskannya ke generasi berikutnya. Keluarga ini seperti Amoeba. Membelah diri menjadi tubuh – tubuh baru. Keluarga – keluarga yang baru. Terus beregenerasi.
Semesta telah lama memberikan pertanda akan eksistensi sebuah keluarga nan betapa pentingnya perannya. Kita tidak dapat merdeka tanpa sosok – sosok yang dibina dalam keluarga kecil dan kemudian memiliki motivasi untuk menjadi besar. Kita tidak dapat berkembang hingga pada saat ini jika tidak ada keluarga yang berperan sebagai pendidik generasi bangsa. Turut berpartisipasi membangun Pancasila.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDAHKAH GMKI MENJADI SEKOLAH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN NILAI – NILAI GMKI ?

REFLEKSI DIRI : PAHLAWAN SAMAR DALAM MEMORIAL

Perkenalan Edisi I